Inilah Peristiwa Isra Miraj, Kisah Isra Miraj dan Hikmahnya

Inilah Peristiwa Isra Miraj, Kisah Isra Miraj dan Hikmahnya – Dalam sejarah tentang Peristiwa Isra’ yang telah ditandaskan oleh Al-Qur’an dalam surat Al-Isra’ yang berbunyi :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkati sekelilingnya. Untuk Kami perlihatkan kepadanya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat“. (QS. Al-Isra’ Ayat 01)

Telah banyak berbagai peristiwa yang dialami Rasulullah pada saat Isra Miraj sejak pemberangkatan sampai kembali. Apa saja peristiwa tersebut? Bagaimana kisahnya dan hikmah serta ibrah apa saja yang bisa dipetik? Berikut ini akan dibahas pada artikel Pengetahuan Islam dengan selengkapnya.

Inilah Peristiwa Isra Miraj, Kisah Isra Miraj dan Hikmahnya

Isra Miraj adalah salah satu bentuk peristiwa nyata yang maha dahsyat yang dialami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebelumnya, tak ada satu pun manusia yang mengalaminya. Menempuh perjalanan superkilat lalu naik ke langit hingga sidratul muntaha.

Pengertian Isra Miraj

Isra menurut Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, isra (اسرى) atau sara (سرى) artinya adalah perjalanan di malam hari. Secara istilah, isra adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.

Adapun Miraj secara bahasa artinya adalah naik. Secara istilah adalah naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke sidratul muntaha. Dalam Al Qur’an, mi’raj ini disinggung dalam surat An Najm.

وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى. عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى. عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى. إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى. مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى. لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

Artinya : “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS An-Najm Ayat 13-18)

Peristiwa Isra Miraj

Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri dalam Sirah Nabawiyah-nya, Ar Rahiqul Makhtum, menjelaskan enam pendapat kapan terjadinya Isra miraj.

Peristiwa Isra’ terjadi pada tahun ketika Rasulullah mendapatkan wahyu pertama. Ini merupakan pendapat Ath Thabari.

  • Isra miraj terjadi lima tahun setelah Rasulullah diutus menjadi Nabi. Pendapat ini dikuatkan oleh An Nawawi dan Al Qurthubi;
  • Peristiwa ini terjadi 16 bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 12 kenabian;
  • Isra miraj terjadi pada malam 27 Rajab tahun 10 kenabian. Pendapat ini dipilih oleh Allamah Al Manshurfuri;
  • Peristiwa ini terjadi 1 tahun 2 bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun 13 kenabian;
  • Terjadi 1 tahun sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Rabiul Awal tahun 13 kenabian.

Kisah Lengkap Isra Miraj

Pada saat itu seusai shalat isya’ dan beristirahat sejenak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat itu berbaring di Masjidil Haram didatangi malaikat Jibril. Dada beliau dibelah.

Lalu hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air zamzam kemudian dikembalikan ke tempatnya dan memenuhinya dengan iman dan hikmah,” sabda beliau dalam riwayat Imam Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah.

Setelah itu didatangkanlah buraq yang nantinya menjadi kendaraan beliau sewaktu isra. Buraq satu akar kata dengan barq yang artinya kilat.

Didatangkan kepadaku Buraq yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal, ia meletakkan langkahnya sejauh pandangannya,” sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik.

Setiba di Masjidil Aqsa, beliau shalat dua rakaat, mengimami ruh para Nabi. Usai shalat dan keluar dari Masjid Al Aqsa, Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan satu lagi khamar.

Rasulullah pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih kesucian,” kata Jibril dalam lanjutan hadits tersebut.

Mi’raj pun dimulai. Rasulullah naik buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. Mari kita simak kisah beliau dalam hadits yang panjang, lanjutan dari hadits Shahih Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah di atas.

“Lalu aku dibawa di atas punggung Buraq dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku sampai ke langit dunia lalu dia meminta dibukakan pintu langit. Dia ditanya, “Siapakah ini?” Ia menjawab, “Jibril.” Jibril ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhammad.”Apakah dia telah diutus?” “Dia telah diutus”.

Kami pun di bukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Adam ‘alaihis salam. Ia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit kedua. Maka Jibril minta dibukakan pintu.

“Siapakah ini?” “Jibril”. “Siapakah yang bersamamu?” “Muhammad.”Apakah dia telah diutus kepadaNya?” jawab jibril, “Dia telah diutus kepada-Nya”.

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan dua orang sepupuku yaitu Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria ‘alaihimussalam. Maka keduanya menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit ketiga. Maka Jibril minta dibukakan pintu.

“Siapakah ini?” “Jibril”. “Siapakah yang bersamamu?” “Muhammad.”Apakah dia telah diutus kepada-Nya?”, “Dia telah diutus kepadaNya”.

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Yusuf yang telah dianugerahi setengah dari ketampanan manusia sejagat. Maka Yusuf menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit keempat. Maka Jibril minta dibukakan pintu.

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Idris ‘alaihissalam. Ia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Allah telah berfirman untuknya, “dan kami telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi”.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit kelima. Maka Jibril minta dibukakan pintu. Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Harun. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit keenam. Maka Jibril minta dibukakan pintu. Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Musa lalu dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit ketujuh. Maka Jibril minta dibukakan pintu. Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul makmur. Di mana tempat itu setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak kembali lagi sesudahnya.

Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku ke sidratul muntaha yang lebar daun-daunnya seperti telinga gajah dan besar buah-buahnya seperti tempayan besar. Tatkala perintah Allah memenuhi sidratul muntaha, sidratul muntaha berubah dan tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya.

Maka Allah memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku sholat 50 kali dalam sehari semalam. Kemudian aku turun dan bertemu Musa lalu ia bertanya,

“Apa yang diwajibkan Rabbmu terhadap umatmu?” Aku menjawab, “Sholat 50 kali”.

Musa berkata,

Kembalilah kepada Rabbmu, mintalah keringanan karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Sesungguhnya aku telah menguji Bani Israel dan aku telah mengetahui bagaimana kenyataan mereka.”

Aku akan kembali kepada Rabbku.” Lalu aku memohon, “Ya Rabb, berilah keringanan kepada umatku.” Aku diberi keringanan lima sholat. Lalu aku kembali kepada Musa ‘alaihis salam. Aku berkata kepadanya, “Allah telah memberikan keringanan lima kali”.

Musa mengatakan,

Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Rabbmu dan minta keringanan”.

Aku terus bolak-balik antara Rabbku dengan Musa hingga Rabbku berfirman, “Wahai Muhammad sesungguhnya kewajiban sholat itu lima kali dalam sehari semalam. Setiap sholat mendapat pahala 10 kali lipat, maka 5 kali sholat sama dengan 50 kali sholat.

Barangsiapa berniat melakukan satu kebaikan yang dia tidak melaksanakannya maka dicatat untuknya satu kebaikan. Dan jika ia melaksanakannya, maka dicatat untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa berniat melakukan satu kejelekan namun dia tidak melaksanakannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. Dan jika ia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekan.”

Kemudian aku turun hingga bertemu Musa lalu aku beritahukan kepadanya. Maka ia mengatakan,

Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan lagi.” Aku menjawab, “Aku telah berulang kali kembali kepada Rabbku hingga aku merasa malu kepadaNya”.

Hikmah Isra Miraj

1. Setelah cobaan datang silih berganti, bahkan Rasulullah mengalami tahun duka cita, Allah memberinya tasliyah (hiburan) dengan isra miraj ini.

2. Rasulullah memilih susu untuk beliau minum sebelum mi’raj lalu Jibril memujinya. Ini menguatkan bahwa Islam adalah agama fitrah dan kesucian.

3. Shalat Rasulullah bersama para Nabi di Baitul Maqdis menunjukkan kedudukan beliau sebagai pemimpin para Nabi.

4. Sesungguhnya Masjid Al Aqsha memiliki kaitan erat dengan Masjidil Haram. Masjid Al Aqsha merupakan tempat isra’ Rasulullah dan kiblat pertama umat Islam. Karenanya umat Islam harus mencintai Masjid Al Aqsha dan mempertahankannya dari segala upaya penjajah Yahudi yang hendak mencaplok dan merobohkannya.

5. Urgensi shalat dan kedudukannya yang agung. Jika perintah lain cukup dengan wahyu melalui Malaikat Jibril, perintah shalat langsung diturunkan Allah kepada Rasulullah tanpa perantara Jibril. Shalat ini pula yang menjadi inti tasliyah (hiburan) bagi hambaNya.

6. Rasulullah hendak mencapai fase baru yakni hijrah dan mendirikan negara Islam di Madinah. Maka Allah memurnikan barisan dakwah dengan isra miraj. Orang-orang yang tidak kuat aqidahnya dan mudah goyang keyakinannya, mereka murtad setelah diberitahu tentang isra miraj. Adapun yang imannya kuat, mereka justru semakin kuat imannya.

7. Keberanian Rasulullah sangat tinggi dalam berdakwah dengan menyampaikan isra miraj kepada mereka. Meskipun mereka tidak akan percaya bahkan mencemooh dan mengolok-olok, Rasulullah tetap menyampaikan. Beliau bahkan memberikan bukti-bukti empiris kepada kafir Quraisy meskipun mereka justru menuduh beliau sebagai tukang sihir.

8. Keimanan umat yang paling sempurna adalah imannya Abu Bakar. Ketika orang-orang kafir Quraisy mengabarkan bahwa Muhammad mengatakan telah isra miraj, beliau langsung mempercayainya. “Jika yang mengatakan Rasulullah, aku percaya,” demikian logika keimanan Abu Bakar sehingga beliau mendapat gelar Ash Shiddiq.

9. Rasulullah menyampaikan bahaya penyakit masyarakat yang dilihatnya. Beliau diperlihatkan bagaimana siksa untuk orang yang suka ghibah, orang yang berzina, orang yang makan harta anak yatim, dan lain-lain.

10. Para sahabat menjadi perhatian terhadap Masjid Al Aqsha yang saat itu berada dalam kekuasaan Romawi. Kelak di masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Masjid Al Aqsha bisa dibebaskan.

Intisari Dari Isra Miraj

Inilah intisari dari isra miraj, merupakan nash Al Qur’an yang menjadi acuan bagi kita dalam membahas peristiwa ini. Apabila Al-Qur’an menceritakan suatu peristiwa kepada kita maka tidak ada sikap lain lagi bagi kita melainkan harus mengimaninya, karena hal itu datangnya dari Allah.

Inilah Peristiwa Isra Miraj Kisah Isra Miraj dan Hikmahnya

Tidak ada kewenangan bagi akal kita untuk mengutak – atiknya dengan menjadikan peristiwa-peristiwa di muka bumi sebagai tolah ukur untuk menguji kebenaran peristiwa yang disampaikan Allah lewat Qur’an-Nya itu, dan tidak wajar pula jika kita menjadikan undang-undang atau peraturan hidup yang berlaku bagi manusia ini untuk mengukur kebenaran undang-undang ciptaan Allah yang jauh berbeda dengan undang-undang ciptaan manusia.

Maka selagi Allah mengatakan begini dan begitu, sebagai orang muslim wajiblah menerima apa yang dikatakan Allah itu. Naru setelah itu akalnya dipergunakan untuk membuat perbandingan guna memperkuat kebenaran apa yang difirmankan Allah itu.

Jadi orang yang masuk agama Islam, pertama-tama ia harus mengimani Allah sebagai Tuhannya, dan setelah itu menerima tanpa reserve apa saja yang datang dari Allah Ta’ala. Dengan demikian maka peristiwa Isra’ yang difirmankan oleh Allah dalam Alqur’an itu pasti diyakini kebenarannya.

Demikian ulasan artikel tentang Inilah Peristiwa Isra Miraj, Kisah Isra Miraj dan Hikmahnya. Semoga dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan kita tentang Agama. Terima kasih.

Leave a Comment