Kisah Ketetapan Hati Nabi Ibrahim AS Dalam Berdakwah

Kisah Ketetapan Hati Nabi Ibrahim AS Dalam Berdakwah – Pada kesempatan ini akan membahas tentang kisah Nabi Ibrahim AS. Yang mana dalam pembahasan kali ini menjelaskan bagaimana Nabi Ibrahim As mengenal islam dan dakwah pertama beliau dengan secara jelas dan singkat. Untuk lebih jelasnya yuk simak ulasan  Pengetahuan Islam berikut ini.

Kisah Ketetapan Hati Nabi Ibrahim AS Dalam Berdakwah

Kita sering mendengar tentang kisah dari pada Nabi Ibrahim As. Beliau dengan kelebihannya diberikan petunjuk oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada kaumnya yang mana pada saat itu menyembah berhala. Amanah tersebut beliau emban dengan berat hati lantaran beliau masih belum yakin akan kuasa Allah SWT. Lebih jelasnya simak ulasan berikut.

Nabi Ibrahim As

Nabi Ibrahim merupakan putera Aaazar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S. Beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama “Faddam A’ram” dalam kerajaan “Babylon” yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama “Namrud bin Kan’aan.”

Kerajaan Babylon pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang maupun pangan. Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka masih berada di tingkat jahiliyah yang tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka. Yang mana telah memberi karunia mereka dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mereka adalah patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.

Raja mereka Namrud bin Kan’aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak. Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dapat dilanggar atau di tawar.

Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mau dan rela menyembah patung-patung yang terbuat dari batu yang tidak dapat memberi manfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka. Mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan.

Dia yang dapat berbicara, mendengar, berfikir, memimpin, membawa kemakmuran dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dapat mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia. Di samping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.

Di dalam masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim, yaitu anak dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Beliau sebagai calon Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya.

Semasa remaja, Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya. Namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu. Bahkan secara mengejek ia menawarkan patung -patung ayahnya kepada calon pembeli dengan kata-kata:

“Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? “

Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah Mati Dihidupkan Kembali Oleh Allah

Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya. Ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya dengan menenteramkan hatinya. Serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin sesekali mangganggu fikirannya.

Dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.

Berserulah ia kepada Allah:

” Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.”

Allah menjawab seruannya dengan berfirman:

“Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? “

Nabi Ibrahim menjawab:

“Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.”

Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim, kemudian diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung. Lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahgian tubuh-tubuh burung itu. Memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudah hancur-luluh dan bercampur-baur. Setelah itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.

Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah. Selanjutnya Nabi Ibrahim diperintahkan memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bagian tubuh burung dari bagian yang lain.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan 4 ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala. Begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya. Dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat denga  mudah menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati.

Sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya. Bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata “Kun” yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikehendaki ” Fayakun”.

Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya

Aazar yang merupakan ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain. Bertuhan dan menyembah berhala bahkan ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri. Kemudian orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan.

Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban yang pertama harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu. Orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh.

Beliau merasakan bahwa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Ibrahim dengan sikap yang sopan

Ibrahim dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus. Ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul. Bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya.

Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya. Padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah.

Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan. Dimana memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi.

Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya. Berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan. Allah memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta mengamanahkan bumi dengan segala isinya kepada manusia.

Aazar ayah ibrahim menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya. Nabi Ibrahim yang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya. Bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa.

Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki hamun seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka.

Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar:

” Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan mencoba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku. Maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau.”

Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata:

 ” Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu.”

Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.

Nantikan cerita tentang Nabi Ibrahim dan nabi Ismail selanjutnya….

Demikian ulasan tentang Kisah Ketetapan Hati Nabi Ibrahim AS Dalam Berdakwah. Semoga dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan untuk kita semua. Terimakasih.