Doa Aqiqah, Dalil, Cara dan Waktu Penyembelihan Terlengkap

Doa Aqiqah, Dalil, Cara dan Waktu Penyembelihan Terlengkap – Pada kesempatan ini akan membahas tentang Aqiqah. Yang mana dalam ulasan berikut ini menjelaskan hukum aqiqah, hari afdholnya aqiqah, perintah aqiqah, pelaksanaan aqiqah, sampai cara niat dan menyebelih hewan aqiqah. Untuk lebih jelasnya silahkan simah ulasan Pengetahuan Islam Berikut ini.

Doa Aqiqah, Dalil, Cara dan Waktu Penyembelihan Terlengkap

Aqiqah merupakan peristiwa penyembelihan hewan sebagai tebusan terhadap anak yang lahir. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Pada setiap anak yang dilahirkan itu ada aqiqahnya, maka tumpahkanlah darah untuknya dan buanglah sesuatu yang mengganggu (rambutnya).” ( HR. Al-Jama’ah kecuali Muslim).

Hukum Aqiqah

Mengaqiqahi anak hukumnya adalah sunnah muakad sebagaimana telah ditulis dalam Kitab Tausyaikh Syarh Kitab Fathul Qoribul Mujib dijelaskan:

وَالْعَقِيْقَةُ اَيْ ذَبْحُهَا عَنِ الْمَوْلُوْدِ مُسْتَحَبَّةٌ بَلْ هِيَ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ، (توشيخ شرح فتح القريب  حلمن: ٢٧١)

Artinya: “Dan adapun hukum aqiqah itu, yakni hukum menyembelih aqiqah dari aqiqahnya anak adalah sunnah, (disukai) dan bahkan itu hukumnya adalah sunnah muakad.” (dikutip dari kitab: Kitab Tausyaikh Syarh Kitab Fathul Qoribul Mujib halaman: 271 )

Dalam salah satu hadits disebutkan:

عَنْ سَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ الضَّبِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ : مَعَ الْغُلَامِ عَقِيْقَةٌ فَأَهْرِقُوْا عَنْهُ دَمًا، وَأَمِيْطُوْا عَنْهُ الْأَذَى. (رواه الجماعة الا مسلما)

Artinya: “Dari Salman bin ‘Amir ad-Dhobiy ia berkata. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Pada setiap anak yang dilahirkan itu ada aqiqahnya, maka tumpahkanlah darah untuknya dan buanglah sesuatu yang mengganggu (rambutnya).” ( HR. Al-Jama’ah kecuali Muslim)

Hari Afdholnya Aqiqah

Adapun sebaik-baiknya waktu untuk mengaqiqahi anak adalah pada hari ketujuh dari hari anak dilahirkan. Baik mengaqiqahi, mencukur rambut ataupun peresmian pemberian namanya. Aqiqah adalah perantara tebusan untuk anak, karena pada dasarnya setiap anak yang terlahir itu tergadai hingga diaqiqahi. Sebagaimana telah disebutkan dalam salah satu hadis:

وَعَنْ سَمُرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( كُلُّ غُلَامٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ, تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ, وَيُحْلَقُ, وَيُسَمَّى ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيّ

Artinya: Dari Samurah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya; ia disembelih hari ketujuh (dari kelahirannya), dicukur dan diberi nama.” Hadis Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadis shahih menurut Tirmidzi. (kutipan dari Nailul Author)

Perintah Mengaqiqahi anak lelaki dan perempuan

Sebaiknya setiap anak yang terlahir itu mestinya diaqiqahi baik itu anak laki-laki maupun anak perempuan. Hanya saja untuk hewan aqiqah anak laki-laki sejumlah dua ekor kambing, sedangkan untuk aqiqah anak perempuan itu cukup dengan satu ekor kambing saja. Sebagaimana dalam sebuah hadits dikatakan:

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا ( أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَمْرَهُمْ أَنْ يُعَقَّ عَنْ اَلْغُلَامِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ, وَعَنْ اَلْجَارِيَةِ شَاةٌ )  رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ

Artinya: “Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan mereka agar beraqiqah dua ekor kambing yang sepadan (umur dan besarnya) untuk bayi laki-laki dan 1 kambing untuk bayi perempuan.” Hadits shahih riwayat Tirmidzi.

Aqiqah itu Boleh Setelah Lewat dari Tujuh hari

Apabila pada hari ke tujuh dari hari kelahiran anak belum terlaksana penyembelihan aqiqah maka boleh dilaksanakan setelah hari ke tujuh dan bahkan hukumnya itu masih tetap sunnah.

Lalu pada hari ke berapa jika pada hari ke tujuh belum juga sempat diaqiqahi?

Jika pada hari ke tujuh belum sempat diaqiqahi, maka sebaiknya diaqiqahi pada hari kelipatan dari tujuh yaitu: hari ke 14, ke 21, ke 28 dan seterusnya. Selama anak tersebut belum baligh maka masih sunah di aqiahi kapan saja bila sempat dan bisanya, sebagaimana diambil dari keterangan kitab “Tausyikh”.

وَفَسَرَ الْمُصَنِّفُ الْعَقِيْقَةَ شَرْعًا بِقَوْلِهِ وَهِيَ الذَّبِيْحَةُ عَنِ الْمَوْلُوْدِ وَالْأَفْضَلُ اَنْ تُذْبَحَ عِنْدَ حَلْقِ شَعْرِ رَأْسِهِ يَوْمَ سَابِعِهِ اَيْ يَوْمَ سَابِعِ وِلَادَتِهِ فَاِنْ لَمْ يَتَهَيَّأْ فَتُذْبَحُ يَوْمَ الرَابِعَ عَشَرَ  فَيَوْمَ الْحَادِى وَالْعِشْرِيْنَ

مُصَنِّفْ مٓنٓرَاڠْكَنْ: عَقِيْقَةْ مٓنُوْرُتْ شَرَعْ دٓڠَنْ فٓرْكَاتَئَنْۑَا: “عَقِيْقَةْ إِيْتُ أَدَلَهْ حِيْوَانْ سٓمْبٓلِيْهَنْ دَارِيْ أَنَكْ يَڠْ دِيْلَاهِرْكَنْ، دَانْ يَڠْ اَفْضَلْ أَدَلَهْ عَقِيْقَةْ إِيْتُ دِيْسٓمْبٓلِيْهْ كٓتِيْكَا مٓنْچُوْكُرْ رَمْبُوْتْ كٓفَالَا بَايِيْ فَدَا هَارِيْ كٓتُوْجُوْهْۑَا، يَعْنِيْ هَارِيْ كٓتُوْجُهْ كٓلَاهِرَانْ بَايِيْ، بِيْلا تِدَاكْ تٓرْسٓدِيَاءْ، مَكَ دِيْعَقِيْقَهِيْ فَدَا هَارِيْ كٓى أَمْفَتْ بٓلَاسْ، كٓمُوْدِيْيَانْ فَدَا هَارِيْ كٓى دُوَافُوْلُهْ سَاتُوْ. (توشيخ شرح فتح القريب حلمن: 272

Mengaqiqahi Anak yang Sudah Ninggal

Mungkin ada beberapa sebagian ulama yang berpendapat, bahwa jika anak yang sudah meninggal dan belum diaqiqahi maka hukumnya “Tidak Boleh Di aqiqahi” dengan alasan masing-masing.

Dalam keterangan ini kami tidak membahasnya, pada intinya silahkan itu hak masing-masing mau diaqiqahi atau tidak. Tentu tidak ada masalah, hanya saja menurut pendapat kami “sekali anak tetaplah anak.”

Apalagi bagi anak yang belum baligh sudah meninggal dan belum teraqiqahi, maka kami berpendapat: “Anak yang sudah meninggal dalam keadaan sebelum baligh dan belum diaqiqahi maka masih sunah diaqiqahi.”

Sebagaimana keterangan tentang masalah mengaqiahi anak yang sudah meninggal dari Kitab Tausyaih Syarh Fathul Qorib halaman 63 pasal Aqiqah:

وَلَوْ مَاتَ الْمَوْلُوْدُ قَبْل السَّابِعِ وَلَا تَفُوْتُ بِالتَّأخِيْرِ بَعْدَهُ، فَإِنْ أَخَّرَتْ لِلْبُلُوْغِ سَقَطَ حُكْمُهَا فِيْ حَقِ الْعَاقِ عَنِ الْمَوْلُوْدِ أَمَّا هُوَ فَمُخَيِّرٌ فِيْ الْعَقِّ عَنْ نَفْسِهِ وَالتَّرْكِ

Artinya: “Walaupun anak tersebut meninggal sebelum tujuh hari, dan tidak ada kata terlambat dengan menunda aqiqah setelah meninggalanya anak tersebut. Maka apabila aqiqah tersebut tertunda sampai dengan usia baligh (dewasa) maka hukum mengaqiqahi telah gugur kesunahannya pada haknya orang tua dari anaknya. Adapun anak tersebut yang sudah dewasa dan belum diaqiqahi maka dia boleh memilih: “Mengaqiqahi diri sendiri atau meninggalkannya.”

Mengaqiqahi diri sendiri

Dalam hal ini jika ada pilihan satu di antara dua, tentu akan memilih salah satunya dan menurut pendapat kami jelas dan yakin. Bahwa yang lebih baik adalah mengaqiqahi diri sendiri jika mampu, sebagaimana keterangan dari Kitab Tausyaikh halaman: 271:

أَمَّا هُوَ أَيْ الْمَوْلُوْدُ بَعْدَ بُلُوْغِهِ فَمُخَيَّرٌ فِى الْعَقِّ عَنْ نَفْسِهِ وَالتَّرْكِ أَيْ فَإِمَا اَنْ يَعِقَّ عَنْ نَفْسِهِ أَوْ يَتْرُكَ الْعَقِيْقَةَ لَكِنَ الْاَحْسَنَ أَنْ يَعِقَّ عَنْ نَفْسِهِ تَدَارُكًا لِمَا فَاتَ

Artinya: “Adapun sesudah balighnya anak tersebut maka ia boleh memilih antara mengaqiqahi dirinya sendiri atau meninggalkannya (yakni tidak mengaqiqahinya). Maksudnya boleh saja dia mengaqiahi dirinya sendiri atau boleh juga dia tidak mengaqiqahi dirinya. Akan tetapi yang lebih baik adalah dia mengaqiqahi diri sendiri untuk menutupi aqiqahnya yang sudah terlambat.”

Catatan: Kutipan-kutipan ini kami hanya mengambil ringkasnya saja. Bila anda ingin lebih detail sebaiknya membaca Majmu’ Masail karya Asmawi atau dalam kitab-kitab salaf seperti al-Majmu’ Syarah Muhadzab, Kitab Tausyaikh dan yang lainnya.

Pelaksanaan Aqiqah

Dalam pelaksanaan aqiqah ada di posisi tahapan ke tiga setelah menyelesaikan tahapan pertama dan kedua. Jadi adapun tahapan tersebut di atas dalam salah satu hadits tentang aqiqah adalah sebagai berikut:

  • Pemberian Nama Bayi
  • Mencukur Rambut Bayi
  • Menyembelih Aqiqah

Mendahulukan Pemberian Nama Bayi

Dalam pemberian nama untuk bayi itu boleh didahulukan sebelum tujuh hari. Sebagaimana dalam beberapa keterangan dalam kitab diantaranya seperti dalam Tausyikh yaitu:

“Boleh memberi nama anak sebelum tujuh hari: dengan demikian berilah nama yang baik buat anak, sebab nama adalah doa.”

Mencukur rambut bayi

Tertib di atas (Pemberian Nama, Mencukur Rambut Bayi dan Menyembelih Aqiqah) ini bukan suatu keharusan. Hal tersebut dilakukan hanya sekedar untuk mempermudah pemanggilan dalam doa seperti ketika kita mau mencukur rambut bayi dan mau memotong hewan aqiqah buat bayi.

Contoh missal kita mau mencukur rambut bayi:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: اَحْلُقُ هَذِهِ شَعْرَةَ ……. بن/بنت……….. اللَّهُمَّ اجْعَلْ لِكُلِّ شَعْرَةٍ نُوْرًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

A’udzu billahi minasy-syaithonir rojiym, Bismilahir rohmanir rohim. Ahluqu hadzihi sya’rota …. Bin/ binti ….  Allahummaj’al likiulli sya’rotin nuron yaumal-qiyamah.

Artinya: “Aku Berlindung kepada Allah dari Godaan Syetan yang terkutuk. Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: Aku mencukur rambutnya ….. bin / binti …. Ini Ya Allah Jadikan untuk setiap helai rambut sebagai penerang pada hari kiamat.”

Sebaiknya setelah aqiqoh rambut bayi itu dicukur habis kemudian rambutnya ditimbang. Berat timbangan rambut bayi tersebut disodaqohkan dengan nilai harga emas 99 karat, 24 karat, 22 karat, 18 karat atau senilai harga perak jika memang tidak mampu.

Menyembelih Hewan Aqiqah

Untuk menyembelih hewan aqiqah sebaiknya dilaksanakan pagi hari setelah terbit matahari atau pada saat terbitnya matahari bila memungkinkan. Sebaiknya membaca doa taqobal aqiqah, atau setidak-tidaknya niatkan dalam hati untuk aqiqahnya fulan bin/binti fulan, lalu ucapkan Bismillah pada saat menyembelihnya.

Kemudian dagingnya dicincang dan usahakan sebaik mungkin memotong tulang belulangnya tepat pada persendiannya, lalu memasaknya dengan lezat dipadukan dengan rasa manis.

Pemberian Nama

Dalam Pemberian nama bayi sebaiknya juga disertai dengan doa dan selalu menyebut asma Allah. Bila dalam sekumpulan orang banyak yang menyaksikan dalam pemberian nama maka bahasa pemberian nama sebaiknya dijama misalnya seperti berikut:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: يَااِبْنَ ……./ يَابِنْتَ ……….. سَمَّيْنَاكِ / سَمَّيْنَاكِ بِاِسْمِ ………. بَارَكَ اللهُ لَكَ /لَكِ بِهَذَا الْاِسْمِ وَجَعَلَ اللهُ لَكَ /لَكِ مِنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَالْمَحْفُوْظِيْنَ بِهِ آمين الفاتحة

A’udzu billahi minasy-syaithonir rojiym, Bismilahir rohmanir rohim. Ya Ibna / Ya Binta …… Sammaynaka / Sammanayki bi ismi (………..) Barokallahu Laka / Laki bihadzal-ismi wa ja’alallahu laka / laki minal- mukhlishin wal-mahfudzina bihi Amiin Al-Fatihah….

Artinya: “Aku Berlindung kepada Allah dari Godaan Syetan yang terkutuk. Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: Wahai Putra…/ Wahai Putri….. kami berikan namamu dengan nama (……..) Semoga Allah memberi keberkahan kepadamu dan Allah menjadikanmu orang-orang ikhlash selamat dan terpelihara tarjaga dengan wasilah nama ini Amiin Al-fatihah…..”

Orang Tua Memberi Nama Anaknya

Jika Ayah atau Ibunya Langsung yang memberikan nama pada anaknya maka kalimat Panggilannya dirubah menjadi Mutakalim wahdah. Berikut dua contoh pemberian nama anak bayi laki dan perempuan, yang memberikan nama langsung Ibu atau ayahnya:

Pemberian nama bayi laki-laki

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: يَابُنَيَ سَمَّيْتُكَ لِلّٰهِ تَعَالَى بِاِسْمِ (مُحَمَّدْ لَطِيْفْ) بَارَكَ اللهُ لَكَ بِهَذَا الْاِسْمِ وَجَعَلَ اللهُ لَكَ مِنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَالْمَحْفُوْظِيْنَ بِهِ آمين الفاتحة

A’udzu billahi minasy-syaithonir rojiym, Bismilahir rohmanir rohim. Ya Bunaya Sammaytuka Lillahita’ala bi ismi (Muhammad Lathif) Barokallahu Laka bihadzal-ismi wa ja’alallahu laka minal- mukhlishin wal-mahfudzina bihi Amiin Al-Fatihah….

Artinya: “Aku Berlindung kepada Allah dari Godaan Syetan yang terkutuk. Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: Wahai Putraku, kau kuberinama Karena Allah Ta’ala dengan nama (Muhammad Lathif) Semoga Allah memberi keberkahan padamu dan Allah menjadikanmu orang-orang ikhlash selamat dan terpelihara tarjaga dengan wasilah nama ini Amiin Al-fatihah…..”

Pemberian nama bayi Perempuan

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: يَااِبْنَتِيْ سَمَّيْتُكِ لِلّٰهِ تَعَالَى بِاِسْمِ (لَطِيْفَةْ) بَارَكَ اللهُ لَكِ بِهَذَا الْاِسْمِ وَجَعَلَ اللهُ لَكِ مِنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَالْمَحْفُوْظِيْنَ بِهِ آمين الفاتحة

A’udzu billahi minasy-syaithonir rojiym, Bismilahir rohmanir rohim. Ya Bunaya Sammaytuka Lillahita’ala bi ismi (Lathifah) Barokallahu Laka bihadzal-ismi wa ja’alallahu laka minal- mukhlishin wal-mahfudzina bihi Amiin Al-Fatihah….

Artinya: “Aku Berlindung kepada Allah dari Godaan Syetan yang terkutuk. Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: Wahai Putriku, kau kuberinama Karena Allah Ta’ala dengan nama (Lathifah) Semoga Allah memberi keberkahan padamu dan Allah menjadikanmu orang-orang ikhlash selamat dan terpelihara tarjaga dengan wasilah nama ini Amiin Al-fatihah…..”

Praktek Menyembelih Hewan Aqiqah

Jiaka mau, maka sebelum menyembelih hewan yang diperuntukan aqiqah berdoa dulu sebagai berikut:

اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ = ٣ كالي

أَشْهَدُ اَنْ لآاِلَهَ اِلاَاللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ

عَلَى هَذِهِ النِّيَةِ وَعَلَى كُلِّ نِيَةٍ صَالِحَةٍ إلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى  مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، وَعَلَى ءَالِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِيَّتِهِ وَاَهْلِ بَيْتِهِ اْلكِرَامْ أجْمَعِيْن شَيْئٌ ِللهِ لَهُمْ الفاتحة

اللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ هَذِهِ عَقِيْقَةَ …… بن/بنت …… الفاتحة

تروس بردعاء:  يَا ذَاالْجَلاَلِ وَالْإِ كْرَامِ  أللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ اْلأوَّلِيْن وَاْلأَخِـرِيْنَ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. آمين يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ يَامَّعْبُوْدُ حَمْدًا يُوَفِى نِعْمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَـرِيْمِ وَعَـظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلاهْوَالِ  وَاْلأفَاتِ  وَتَقْضِى لَنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْحَاجَاتِ  وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّأَتِ وَتَرْفَعُنـَا بِهـَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتُبَلِّغُنَا بِهَا  اَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِيْ الْحَيَاتِ وَبَعْدَ الْمَمَـاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ عَقِيْقَةَ ……… بن/بنت ………… دَمُّهَا بِدَمِّهِ /هَا، وَعَظْمُهَا بِعَظْمِهِ /هَا ، وَلَحْمُهَا بِلَحْمِهِ /هَا ، وَجِلْدُهَا بِجِلْدِهِ /هَا، وَشَعْرُهَا بِشَعْرِهِ /هَا فِدَاءً لِ ……… بن/بنت ………… وَفِدَاءً مِنَ النَّارِ وَحِجَبًا وَسِتْرَا وَحُلُوُّ طَبْخَتِهَا تَفَاؤُلًا بِحُلُوِّ أَخْلَاقِهِ /ها، وَبِغَيْرِ كَسْرِ عَظْمِهَا تَفَاؤُلًا بِسَلَامَةِ أَعْضَاءِهِ /ها وَإِنْ كُسِر عَظْمُهَا فَنَسْأَلُكَ سَلَامَةَ أَعْضَاءِهِ /ها . رَبَّنَا ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِي الأخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ. * سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلآمٌ عَلَى  الْمُـرْسَلِيْنَ والحمد لله رب العالمين

Niat Menyembelih Hewan Aqiqah

Dalam hal ini penting untuk mengetahui bahwa menyembelih hewan untuk di aqiqohi harus disertai dengan niat.

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيِّطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ نَوَيْتُ أَنْ أَذْبَحَ هَذَا الْمَعْزَ لِعَقِيْقَةِ …… بن / بنت ………. أَنْ يَقْطَعَ الْخُلْقُوْمَ وَالْمَرَى لِلَّهِ تَعَالَى الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، بِسْمِ اَللَّهِ وَاَللَّهُ أَكْبَر، اللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلَهَا

A’udzu billahi minasy-syaithonir rojiym. Nawaitu An Adzbaha Hadzal- Ma’za li’aqiqoti …. bin/binti ….. Ay-yaqtho’a khulquma wal maro Fardhol-lillahi T’a’ala, Allahu-Akbar – Allahu-Akbar – Allahu-Akbar – Allahu-Akbar Bismilahir wallahu akbar, Allahumma hadzihi minka wa ilaika fataqobbalaha.

Artinya: “Aku Berlindung kepada Allah dari Godaan Syetan yang terkutuk, Aku niat Menyembelih Kambing Kacang Laki ini untuk aqiqahnya …. bin / binti …. penyembelihan memutuskan tenggorokan dan kerongkongannya fardhu karena Allah Ta’ala. Allah yang Maha Besar, Allah yang Maha Besar, Allah yang Maha Besar, Allah yang Maha Besar. Dengan Nama Allah dan Allah adalah maha besar. Ya Allah aqiqah ini dari-Mu dan kepada-Mu semoga Engkau menerima aqiqah ini.”

Demikianlah ulasan singkat tentang Doa Aqiqah, Dalil, Cara dan Waktu Penyembelihannya Lengkap. Semoga dapat memberikan manfaat dan menambah ilmu pengetahuan untuk kita semua. Terimakasih.