Kisah Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Muridnya – Pada kisah islami kali ini mengisahkan syekh maulana malik ibrahim atau syekh bantal bersama muridnya yang membantu warga desa dari gerombolan para perampok dengan pembahasan lengkap dan mudah dipahami. Untuk lebih detailnya silahkan simak ulasan Pengetahuanislam.com dibawah ini.
Kisah Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Muridnya
Perjalanan Syekh Maulana Malik Ibrahim
Pada suatu malam, ketika penduduk desa sedang berbincang santai di beranda rumah masing-masing dengan duduk lesehan di atas tikar pandan. Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh yang semakin lama semakin riuh. Sejurus kemudian, gerombolan pasukan berkuda yang berjumlah sekitar dua puluh orang terlihat dan balik pepohonan di perbatasan desa.
Seluruh warga Tanggulangin, Gresik, Jawa Timur, berebut menyelamatkan diri dengan bergegas masuk ke rumahnya masing-masing. Kawanan tidak diundang itu dipimpin oleh Tekuk Penjalin, yang berperawakan tinggi dan kekar dengani wajah bercambang,
“Serahkan harta kalian” kata Penjalin. “Kalau menolak, aku akan membakar desa ini.” Lanjutnya
Tak satu pun penduduk yang sanggup menghadapi kawanan tersebut. Lalu, mereka memilih menyelamatkan diri dari pada dibekuk oleh Penjalin. Maka, kawanan itu siap menghanguskan desa Tanggulangin karena merasa tak digubris.
Ketika sejumlah obor hendak dilemparkan ke atap rumah penduduk, mendadak niat itu terhenti. Sekelompok manusia berpakaian putih,tiba-tiba muncul dari arah tidak terduga. Rombongan itu dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Bantal, seorang ulama wali songo yang mulai meluaskan pengaruhnya di wilayah Gresik dan sekitarnya.
Murid Menaklukkan Perampok
Ghafur, salah seorang murid Syekh Bantal, maju ke depan. Dengan sopan, ia mengingatkan kelakuan tidak terpuji Penjalin. Namun, Penjalin tentu saja tidak terima sehingga Ia sangat marah. Apalagi, orang yang mengingatkannya sama sekali tidak dikenal di rimba persilatan di Gresik. Dalam waktu singkat, terjadilah pertarungan seru.
Penduduk Tanggulangin yang ingin melihat pertempuran beramai-ramai keluar dan mereka sebisa mungkin membantu Ghafur. Akhirnya, Penjalin dan pasukannya kocar-kacir. Ghafur bersama warga berhasil mengalahkan perampok itu. tetapi Ia tidak mau menuruti perintah Ghafur agar membubarkan anak buahnya.
Maka, Ghafur tidak mempunyai pilihan lain, sehingga ia harus membunuhnya. Sebelum membunuh Penjalin, tiba-tiba wajah Ghafur diludahi olehnya, Ghafur pun marah sekali. Aneh, ia malah melangkahkan kakinya untuk menjauhi Penjalin di puncak kemarahannya. Penjalin pun terperangah. “Mengapa kamu tidak jadi membunuhku?” tanyanya.
Ghafur menjawab, “Karena kamu telah membuatku marah dan aku tak boleh menghukum orang dalám keadaan marah”
Begitu bijaksananya murid dari Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Bantal itu karena ia tidak mau membunuh seseorang dalam keadaan marah, sehingga membuat sang lawan merasa takjub akan akhlaknya. Sebuah akhlak yang patut ditiru oleh setiap orang yang ingin mencapai tingkat ketakwaan yang lebih tinggi kepada Allah Swt.
Semoga kita dapat mencontoh akhlak mulia yang dimilik oleh Ghafur yang merupakan salah satu murid dari Kisah Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Muridnya.