Kenyataan Mencintai Dunia, Meninggal Hanya Membawa Kafan – Pada kesempatan ini akan membahas tentang Dunia. Yang mana dalam pembahasan kali ini menjelaskan begaimana seseorang mencintai dunia yang ketika meninggal hanya membawa kain kafan dengan secara singkat dan jelas. Untuk lebih jelasnya silahkan simak artikel Pengetahuan Islam berikut ini.
Baca : Perbedaan Haji dan Umroh Serta Penjelasannya (Bahas Lengkap)
Kenyataan Mencintai Dunia, Meninggal Hanya Membawa Kafan
Perlu kita sadari dan selalu ingat bahwa hidup di dunia ini hanya sementara saja. Hendaknya kita sadar bahwa dunia yang kita cari dengan susah payah ini tidak akan bisa kita bawa menuju kampung abadi kita yaitu kampung akhirat.
Ibnu Sammak Muhammad bin Shubaih rahimahullah berkata,
هب الدنيا في يديك ، ومثلها ضم إليك ، وهب المشرق والمغرب يجيء إليك ، فإذا جاءك الموت ، فماذا في يديك
Artinya : “Anggaplah dunia ada di genggaman tanganmu dan ditambahkan yang semisalnya. Anggaplah (perbendaharaan) timur dan barat datang kepadamu, akan tetapi jika kematian datang, apa gunanya yang ada di genggamanmu?.” (Siyarul A’lam An-Nubala 8/330)
Kenyataan Mencintai Dunia
Banyak sekali ayat dalam Al-Quran yang mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara saja. Janganlah kita lalai dan tertipu seolah-olah akan hidup di dunia selamanya dengan mengumpulkan dan menumpuk harta yang sangat banyak sehingga melalaikan kehidupan akhirat kita.
Sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman dalam QS. Luqman ayat 33 yaitu,
إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Artinya : “Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.”
Allah juga berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 185 yaitu,
ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺘَﺎﻉُ ﺍﻟْﻐُﺮُﻭﺭِ
Artinya : “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali Imran: 185)
Allah juga berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآَخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadid Ayat 20)
Baca : Perbedaan Nabi dan Rasul Menurut Pandangan Islam (Lengkap)
Jika direnungi, ternyata harta kita yang sesungguhnya hanya tiga saja. Selain itu, bukan lah harta kita, walaupun hakikatnya itu adalah milik kita di dunia, karena MAYORITAS harta sejatinya hanya kita tumpuk saja dan bisa jadi BUKAN kita yang menikmati, hanya sekedar dimiliki saja atau KOLEKSI saja. Adapun tiga harta sejati yang kita nikmati, itupun menikmati sementara saja yaitu ;
-
Makanan yang kita makan
Makanan yang di kulkas belum tentu kita yang menikmati semua. Makanan yang di gudang belum tentu kita yang menikmati semua. Uang yang kita simpan untuk beli makanan belum tentu kita yang menikmati. Ketika menikmati makanan pun ini hanya sesaat dari keseharian kita, hanya melewati lidah dan kerongkongan sebentar saja
-
Pakaian yang kita pakai
Termasuk sarana yang kita pakai seperti sepatu, kendaraan serta rumah kita. Ini yang kita nikmati. Akan tetapi inipun sementara saja karena pakaian bisa usang sedangkan rumah akan diwariskan
-
Sedekah
Ini adalah harta kita yang sebenarnya, sangat berguna di akhirat kelak. Inipun berlalu sebentar dari genggaman kita di dunia
Selebihnya harta yang kita tumpul hakikatnya bukan harta kita, kita tidak menikmatinya atau hanya menikmati sesaat saja. Misalnya menumpuk harta:
- Rumah ada dua atau tiga, yang kita nikmati utamanya hanya satu rumah saja
- Uang tabungan di bank beratus-ratus juta atau miliyaran, yang kita nikmati hanya sedikit saja selebihnya kita hanya kita simpan
- Punya kebun yang luas, punya toko yang besar, hanya kita nikmati sesaat saja
Inilah yang dimaksud hadits, harta sejati hanya tiga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْعَبْدُ مَالِي مَالِي إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلَاثٌ مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ
Artinya : “Manusia berkata, ‘Hartaku, hartaku, ‘ sesungguhnya hartanya ada tiga: yang ia makan lalu ia habiskan, yang ia kenakan lalu ia usangkan atau yang ia berikan (sedekahkan) lalu ia miliki, selain itu akan lenyap dan akan ia tinggalkan untuk manusia’.” (Hadits Muslim Nomor 5259)
Dunia memang kita butuhkan dan tidak terlarang kita mencari harta dan dunia akan tetapi harus kita tujukan untuk orientasi akhirat.
Demikian artikel tentang Kenyataan Mencintai Dunia, Meninggal Hanya Membawa Kafan. Semoga dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan untuk kita semua. Terimakasih.